Teknologi Bawah Laut untuk Mencari Pesawat Jatuh

 

Tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 sangat menghentak kita. Badan SAR Nasional (Basarnas) pun telah mulai melakukan evakuasi dan  pencarian badan pesawat yang jatuh di perairan sekitar Karawang, Jawa Barat tersebut. Setelah puing-puing pesawat mulai ditemukan, misi pencarian ini pun difokuskan di bawah laut. Teknologi seperti apa yang dipakai dalam pencarian ini?

 

Teknologi Sonar di Bawah Laut

Jika kamu mengikuti berita pencarian yang dilakukan Basarnas, mungkin kamu akan sering mendengar kata ‘sonar‘. Kata ‘sonar’ merupakan singkatan dari sound navigation and ranging yang artinya sistem navigasi dan pemetaan jarak dengan menggunakan gelombang suara.

Teknologi sonar ini digunakan semasa Perang Dunia, saat kapal-kapal selam mulai bermunculan. Fungsi utama sonar pada saat itu adalah untuk membantu mengarahkan kapal selam dan mendeteksi kapal selam lainnya. Sonar seperti radar di udara. Jika radar berfungsi mendeteksi benda yang bergerak di udara, sonar berfungsi mendeteksi apapun yang terdapat di bawah laut. Bisa dikatakan, sonar adalah “mata” untuk melihat dalam kegelapan laut. Teknologi sonar terinspirasi dari sistem komunikasi hewan mamalia laut seperti paus atau lumba-lumba. Seekor mamalia laut berkomunikasi dengan mengirimkan gelombang suara yang disebut transmitted beam. Mamalia penerima akan memantulkan gelombang suara tersebut sehingga kembali diterima oleh si pengirim. Gelombang yang terpantul ini disebut reflected beam. Mamalia pengirim akan dapat mengetahui posisi mamalia penerima. Begitu pula dengan sonar. Alat pemindai sonar bergerak di bawah laut dan mengirimkan gelombang-gelombang suara. Saat mengenai sebuah benda atau dasar laut, gelombang ini akan dipantulkan kembali. Alat pemindai sonar dapat mengetahui kedalaman dan posisi benda tersebut melalui panjang gelombang yang dipantulkan.

 

Cara Kerja Alat Pemindai Sonar dalam Misi SAR

Sebanyak 84 kapal laut dari berbagai negara telah dikerahkan dalam misi pencarian ini. Kapal-kapal ini dilengkapi dengan teknologi canggih untuk mendeteksi keberadaan puing-puing di bawah laut. Pada dasarnya, ada empat teknologi utama yang dipakai dalam misi pencarian ini.

  1. Multibeam echosounder

Pertama-tama, kapal akan menurunkan alat ini untuk mengetahui kedalaman laut. Alat ini menggunakan gelombang suara. Multibeam echosounder dapat mendeteksi jika ada sebuah gundukan atau sesuatu yang menonjol di dasar laut. Gundukan atau wilayah yang menonjol ini akan ditandai untuk diperiksa lebih lanjut

  1. Magnetometer

Alat kedua yang akan dipakai oleh kapal pencari adalah magnetometer. Alat ini akan memeriksa di sekitar wilayah yang terdapat gundukan tadi. Magnetometer mendeteksi keberadaan benda-benda logam pada daerah tersebut.

  1. Side scan sonar

Jika dipastikan ada benda logam di bawah laut, side scan sonar akan diturunkan untuk mengambil gambar dua dimensi dari benda tersebut. Hasil gambar akan tampak seperti fotokopi hitam putih. Pada tahap ini, benda logam ini belum dapat dilihat dengan jelas.

  1. Remote Operated Vehicle

Seperti namanya, alat ini adalah sebuah mesin yang dapat digerakkan secara jarak jauh. Alat ini dilengkapi dengan kamera bawah laut yang dapat memotret. Dengan kamera ini, kita baru dapat memastikan seperti apa bentuk benda logam tersebut. Alat ini juga memiliki kegunaan lain, misalnya dalam pemasangan pipa minyak dan gas di bawah laut.

Kapal-Kapal Canggih dalam Misi Pencarian

            Kita dapat membandingkan misi pencarian JT610 ini dengan misi pencarian pesawat Air Asia QZ8501 yang hilang pada tanggal 28 Desember 2014. Pada waktu itu, misi pencarian dibantu oleh kapal-kapal tercanggih yang dimiliki dunia. Jika melihat dari teknologi yang dimiliki, maka kapal laut Indonesia tidak kalah canggih dibanding kapal laut dari negara lain. Salah satunya adalah kapal Baruna Jaya IV yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Kapal Baruna Jaya IV memiliki teknologi terlengkap dan sensor khusus yang bisa digunakan mencari kapal atau pesawat yang jatuh ke dasar laut. Kapal ini juga memiliki dua mesin diesel berkekuatan besar yang membuatnya dapat bertahan di tengah cuaca yang buruk. Sebelumnya, Baruna Jaya telah berhasil menemukan pesawat Adam Air Boeing 737 dan kapal Bahuga Jaya yang hilang.

Kapal laut lain yang menjadi sorotan dalam misi pencarian kala itu adalah USS Sampson milik Amerika Serikat. Kapal ini muncul dalam film Battleship (2012) dan  digambarkan sanggup menahan serangan alien. Dalam misi pencarian QZ8501, USS Sampson didatangkan khusus dari San Diego, California.

Kapal berjenis kapal perang ini memberi kontribusi besar dengan mengevakuasi cukup banyak korban. Dengan ukurannya yang jumbo, USS Sampson lebih mampu menahan gelombang yang tingginya mencapai 5 meter, jika dibandingkan kapal-kapal lain. Akankah USS Sampson ikut serta dalam pencarian JT610? Mari kita terus ikuti dan berharap yang terbaik untuk misi pencarian ini.

 

 

Dapatkan akses unlimited game pembelajaran, video tutorial yang menarik, latihan soal dan ujian, video online, materi pelajaran yang bisa didownload dan dicetak, dengan menjadi member Premium kami. Daftar di sini

× Ada yang bisa kami bantu?