Memahami Sejarah Hari Aksara Nasional

Memahami sejarah Hari Aksara Nasional sebagai bagian pencerdasan bangsa.

 

Dalam rangka mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berdaya saing tinggi, negara terus berusaha untuk menuntaskan kondisi buta huruf. Hal ini pula yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya sejarah Hari Aksara Nasional (biasa juga disebut Hari Literasi Nasional).

 

Sekilas Tentang Sejarah Hari Aksara Nasional

 

Peringatan Hari Aksara Nasional berada pada tanggal yang sama dengan Hari Aksara Internasional, yakni 8 September. Hal ini didasari oleh keprihatinan dan kepedulian UNESCO terhadap kondisi keberaksaraan masyarakat di seluruh dunia. Melalui konferensi di tahun 1966 yang dilakukan di Teheran, Iran dan membahas perihal pemberantasan buta huruf itulah tanggal tersebut resmi dijadikan sebagai momentum.

Tentu peringatan ini bukan hanya sekadar seremonial. Sebagai masalah dunia yang masih menjadi fokus utama, UNESCO berusaha memberantas buta huruf dengan melakukan berbagai gerakan untuk meningkatkan minat baca, baik bacaan konvensional maupun digital.

 

Peran Guru dalam Mendukung dan Merayakan Sejarah Hari Aksara Nasional

 

Pentingnya kemampuan untuk membaca dan menulis ini pun telah menjadi perhatian tersendiri di Indonesia. Untuk itulah pemerintah membuat program Wajib Belajar 12 Tahun sehingga setiap individu memiliki bekal yang cukup. Program ini pun didukung oleh berbagai fasilitas, termasuk layanan sekolah gratis. Dengan begitu, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

 

Di sinilah guru berperan penting dalam mendukung sejarah Hari Aksara Nasional. Melalui pendidikan terutama dalam meningkatkan keterampilan murid dalam aspek baca, tulis, dan hitung, guru telah berkontribusi secara nyata dalam pemberantasan buta huruf. Tak perlu menunggu setiap tanggal 8 September, kegiatan dengan tujuan pencerdasan kehidupan bangsa ini senantiasa dilakukan setiap harinya.

 

Selain itu, guru tentu bersinergi dengan pemerintah dalam Gerakan Literasi Nasional.

Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) bahkan telah menggagas Gerakan Satu Guru Satu Buku sebagai upaya meningkatkan kompetensi dan kinerja guru. Guru diharapkan untuk menuangkan pengalaman dan ilmu yang dimilikinya dalam bentuk buku sehingga dapat memperkaya sumber bacaan untuk masyarakat sekaligus membangun kebiasaan membaca.

 

 

Tidak hanya menggerakkan semangat murid untuk membaca lewat buku fisik saja, akivitas literasi ini juga bisa dimulai dengan mengajak mereka untuk membaca buku-buku secara daring, mengakses artikel-artikel yang mendukung pembelajaran, dan mengakses informasi pengetahuan di website yang secara khusus diciptakan buat mereka, melalui materi mengenal huruf dan angka di Primaindisoft.com. Kelebihannya, mereka bisa melakukan aktivitas ini di mana saja dan kapan saja, tidak membatasi ruang gerak mereka dalam memperkaya ilmu dan pengetahuan.

Dapatkan akses unlimited game pembelajaran, video tutorial yang menarik, latihan soal dan ujian, video online, materi pelajaran yang bisa didownload dan dicetak, dengan menjadi member Premium kami. Daftar di sini

× Ada yang bisa kami bantu?