Perpustakaan dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata Pustaka yang berarti kitab atau buku. Dalam bahasa asing, ada beberapa istilah yang artinya sama dengan perpustakaan antara lain:
– Library ( bahasa Inggris)
– Biblioteca (bahasa Italia)
Semua istilah ini mempunyai kata dasar yang berarti “buku”. “Pustaka” dalam bahasa Sanskerta, “liber” dari bahasa latin, dan “biblion” dari bahasa Yunani, semuanya berarti buku.
Pada awal mulanya perpustakaan adalah tempat berbagai koleksi buku dikumpulkan, namun kini perpustakaan tidak hanya memamerkan koleksi-koleksi buku tapi juga benda-benda lain yang sifatnya memberikan atau menyimpan pengetahuan seperti mikroskop, manekin, tabel periodik, dan lain sebagainya
Tapi apa Anda tahu dimana perpustakaan pertama di dunia?
Jawabannya ada di Alexandria, Mesir. Tepatnya di sekitar Selatan Mesir.
Bibliotheca Alexandria Egypt atau Perpustakaan Iskandariyah Mesir adalah perpustakaan pertama dan terbesar di dunia.
Sejarah Pembangunan
Dibangun pada tahun 323 SM oleh raja Ptolemey (ptolemaeus) Soter (322-285 SM) raja pertama dinasti Diadoch. Perpustakaan ini menjadi sangat besar di bawah para penggantinya Ptolemey Philadelphus (285-247SM) dan Ptolemey Eurgetes ( 247-221 SM).
Perpustakaan tersebut dibangun Ptolemey dengan maksud mengumpulkan dan memelihara selengkapnya semua karya kesusastraan Yunani. Betapa perntingnya perpustakaan di mesir pada waktu itu ditandai dengan diketahuinya beberapa orang yang bekerja di sana seperti: Zenodotus, Erastothenes, Aristophanes, Aristarchus, Callimachus dan Apollonius sekitar abad tiga dan dua SM.
Perpustakaan ini bertahan hingga berabad-abad dan memiliki koleksi yang sangat lengkap. Ptolemi I pengganti Aleander Agung adalah pendiri Perpustakaan Iskandariyah Mesir yang kemudian diteruskan hingga kekuasaan Ptomeli III.
Bagaimana perpustakaan Alexandria menjadi yang terbesar ?
- Pada masa itu, Bibliotheca Alexandria Egypt menjadi pusat ilmu pengetahuan. Hingga Raja mesir sempat membelanjakan harta kerajaannya untuk membeli buku dari seluruh pelosok negeri hingga terkumpul 442.800 buku dan 90.000 berbentuk ringkasan tak berjilid.
- Pada masa kemashyuran perpustakaan Alexandria, setiap kapal dan penjelajah yang singgah ke Mesir akan digeledah. Setiap buku dan naskah yang ditemukan akan disalin, salinannya akan diberikan sementara naskah asli akan disita oleh pihak perpustkaan.Kejadian paling diingat dalam sejarah adalah ketika Athena meminjamkan naskah klasik Yunani mereka kepada Mesir karena diberikan jaminan oleh Mesir bahwa Mesir hanya ingin menyalinnya. Namun kenyataannya Mesir justru menyita semua naskah yang ada dan hanya memulangkan salinan kepada Athena.
Hancurnya Perpustakaan Alexandria
Diketahui ada tiga kejadian yang merusak perpustakaan ini.
Hancurnya Perpustakaan Alexandria
Diketahui ada tiga kejadian yang merusak perpustakaan ini.
Pertama, menurut dokumen berjudul Kronik Perang Alexandria karya Titus Livius, Pada tahun 48 SM kaisar Roma, Julius Caesar memerintahkan untuk membakar gedung itu dalam perang melawan Ptolomeus. Kebakaran itu memusnahkan sebagian naskah berharga. Saat kebakaran, hampir seluruh warga kota turun tangan memadamkan api.
Julius Caesar akhirnya meminta maaf dan menggantikan 200.000 buku sebagai gantinya kepada Ratu Mesir Cleoptara. Namun penggantian itu tidak cukup untuk mengganti kerugian yang telah ada dengan terbakarnya Alexandria.
Kedua, penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Aurelian sekitar abad 3 SM.
Ketiga, kerusuhan yang terjadi akibat jatuhnya Theophilus. Pada 300 M, perpustakaan ini akhirnya berhenti berdenyut.
Pada tahun 1990-an UNESCO dengan pemerintahan Mesir kembali membangun perpustakaan yang memiliki nilai sejarah tersebut. Setelah terbengkalai hampir 20 abad akhirnya Bibliotheca Alexandria Egypt atau Perpustakaan Iskandariyah Mesir kembali berdiri kokoh dan megah pada 17 Oktober 2002 dan diresmikan oleh Presiden Mesir Husni Mubarak. Dan setiap tanggal 17 Oktober akhirnya diperingati sebagai Hari Perpustakaan Sedunia.
Bangunan perpustakaan Alexandria Modern berbentuk bulat beratap miring, terbenam dalam tanah. Di bagian depan sejajar atap, dibuat kolam untuk menetralkan suhu pustaka, terdiri lima lantai di dalam tanah, perpustakaan ini dapat memuat sekitar 8 juta buku. Namun yang ada saat ini baru 250.000. Perpustakaan ini juga memiliki ratusan gulungan papyrus.
Menyediakan berbagai fasilitas, seperti 500 unit komputer berbahasa Arab dan Inggris untuk memudahkan pengunjung mencari katalog buku, ruang baca berkapasitas 1.700 orang, conference room, ruang pustaka Braille Taha Husein khusus tuna netra, pustaka anak-anak, museum manuskrip kuno, lima lembaga riset, dan kamar-kamar riset yang bisa dipakai gratis.
Dinding luar terbuat dari batu granit Zimbabwe seluas delapan ribu meter persegi. Dinding yang disusun dengan batu berukuran 2 x 1 meter itu dipahat aneka huruf dari berbagai bahasa, yang pernah dikenal manusia selama 10.000 tahun lebih dari 500 kebudayaan di dunia. Di sini timbul kesan yang amat kuat tentang betapa tingginya peradaban manusia di bidang tulis menulis.
Dekat dinding batu terdapat sebuah kolam air. Dengan demikian, ketika matahari sedang “menyala” dengan hebatnya, pantulannya dibelokkan oleh dinding dan air di kolam menuju beberapa bagian ruang perpustakaan sebuah efek yang kontras dan harmonis, yang meninggalkan kesan sebuah pertumbuhan geologis.
Perpustakaan Alexandria memiliki banyak koleksi berharga. Di antaranya 5.000 koleksi penting berupa manuskrip klasik tentang aneka pengetahuan dari abad 10 M-18 M. Juga ada catatan penting Napoleon berjudul Description de’lEgypte, yang menceritakan peristiwa Prancis menyerbu kota Alexandria. Perpustakaan yang dulu dihancurkan oleh Julius Caesar itu kini menjadi salah satu objek wisata dunia seperti Piramid Giza, Mumi, Karnax Temple, Kuburan para Firaun di Luxor atau Museum Kairo yang menyimpan timbunan emas Tutankhamun.
Dapatkan akses unlimited game pembelajaran, video tutorial yang menarik, latihan soal dan ujian, video online, materi pelajaran yang bisa didownload dan dicetak, dengan menjadi member Premium kami. Daftar di sini